Selasa, 07 Juni 2011

LULUS

Manusia adalah makhluk yang karena kesanggupannya kepada sang pencipta diberikan fasilitas memilih. Bukan tanpa konsekuensi tentunya. Pilihan-pilihan dalam kehidupan selalu disandingkan adalah baik dan buruk, buruk adalah seluruh dari yang tidak baik. Karena pilihannya dua maka konsekuensinya juga dua yaitu Kehidupan bahagia bersama-sama tiada taranya dunia akhirat dan kehidupan laksana si jago merah menghanguskan segala juga dunia akhirat.
Atas konsekuensi itu manusia diberi kebebasan se-bebas-bebasnya untuk memilih dan memilah model hidup mana yang mau diterap dalam hidupnya.
Realita di dalam kehidupan, tidak sedikit manusia yang bingung menentukan pilihan, satu sisi kelihatannya seperti mau baik tetapi di sisi lain laku perbuatannya justru sebaliknya.
Sebagai contoh sorang yang menyatakan diri mukmin, muslim, ketika dihadapkan masalah hidup dengan menderita sakit yang sulit disembuhkan secara medis maka jalan keluar yang ditempuh adalah dengan mencari cara penyembuhan lain yang tidak jarang terjerumus terhadap cara irasional dan tidak 'ilmiah. Dalih yang dipakai adalah manusia harus berusaha, jalan apapun yang dipakai di anggab sebagai usaha.
Tidak berbeda dengan hal-hal yang terkait dengan lauku perbuatan umumnya manusia, dalam dunia pendidikan, bahkan dalam lembaga pendidikan dengan ciri khas agama Islam, yang formal lakunya dimulai dengan bismillah dan di akhiri dengan alhamdulillah. Isi dari  laku perbuatannya juga sering, (kalau tidak bisa disebut selalu) bertentangan dengan bismillah dan alhamdulillah.
Contoh riil ketika dihadapkan pada ujian akhir (untuk menentukan kelulusan). Seharusnya ujian akhir ditanggapi dengan wajar sebagai suatu konsekuensi atas sebuah proses pembelajaran, sebagai wahana untuk mengukur tingkat keilmuan yang diperoleh setelah melalui proses pembelajaran. Lulus adalah penanda bahwa standar keilmuan telah tercapai dan tidak lulus sebagai penanda bahwa standar keilmuannya belum tercapai. Kadang terjadi pemelintiran bahwa ujian adalah setan yang harus diusir dengan mujahadah, Lulus adalah anak ingusan yang dapat ditipu dengan dikasih gula-gula. Doa bersama dengan ritual tertentu bukan supaya dapat mencapai standar keilmuan tertentu tetapi untuk "LULUS" sebagai penanda selesainya mereka meritualkan proses pendidikan dalam waktu tertentu. Untuk kepentingan tertentu orang tua sering berbohong kepada anak, untuk kepentingan tertentu pula (rasa malu, rasa bangga, jabatan, takut tidak dapat murid, takut di kecam dsb) institusi penyelenggara pendidikan melakukan banyak kebohongan.
Mudah-mudahan dapat diperbaiki. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar