Selasa, 07 Juni 2011

Kelengkapan Fasilitas Bukan Jaminan Prestasi

Kebanyakan orang beranggapan bahwa fasilitas adalah faktor utama keberhasilan dalam usaha. Yang memiliki banyak fasilitas maka kemingkinan sukses lebih besar. Bisa jadi anggapan itu benar tatapi bisa jadi juga salah. Banyak orang yang memiliki banyak fasilitas tetapi pailit dalam usahanya, orang yang memulai usaha dengan modal kecil, fasilitas terbatas tetapi meraih kesuksesan luar biasa.
Dalam bidang pendidikan juga demikian. Banyak sekolah bahkan setiap sekolah selalu menuntut ketercukupan fasilitas dengan alasan bagaimana mungkin prestasi gemilang dapat diraih dengan keterbatasan fasilitan sedemikian rupa.
Hasil penelitian LIPI di era sembilan puluhan membuat 'geger' dunia pendidikan karena dari hasil penelitiannya disimpulkan bahwa tidak ada korelasi antara kesejahteraan guru dengan kinerja guru. Kalau kesejahteraan guru dimasukkan dalam katagori fasilitas yang serba tercukupi ternyata tidak berpengaruh terhadap kinerja. Kalau diperjelas tidak setiap guru yang kesejahteraannya baik lantas kinerjanya baik dan tidak pula yang kesejahteraannya kurang menjadikan kinerjanya buruk. Dalam hal ini kinerja dilihat sebagai prestasi kerja yang baik.
Anggapan bahwa fasilitas adalah faktor utama dalam meraih tujuan adalah benar dalam kondisi ideal, artinya fasilitas yang ada dimanfaatkan secara tepat guna, efektif dan efisien. Jika pemanfaatan dari fasilitas tidak sesuai dengan peruntukan maka sudah barang pasti fasilitas itu tidak bermanfaat.
Fasilitas yang hanya seadanya, jauh dari kondisi standar dimanfaatkan secara optimal dan tepat guna maka hasilnya akan lebih baik.
Fasilitas yang tidak tersedia, bagi orang yang mau berprestasi, maka dengan kesungguhannya itulah fasilitas dan dari fasilitas yang hanya berupa kesungguhan itu maka afasilitas-fasilitas yang lain akan diciptakan.
Tak sebanding mungkin fasilitas yang dimiliki MTsN Sumbergiri dibanding sekolah-sekolah faforit di Gunungkidul, tetapi untuk prestasi terbukti mampu bersaing, Nilai UN tertinggi untuk tahun 2010/2011 terbukti tidak mengecewakan B. Indonesia 8,80, B. Inggris 8,20, Matematika 9,25 dan IPA 9,75 nyaris sempurna. Mudah-mudahan kedepan labih baik lagi.

LULUS

Manusia adalah makhluk yang karena kesanggupannya kepada sang pencipta diberikan fasilitas memilih. Bukan tanpa konsekuensi tentunya. Pilihan-pilihan dalam kehidupan selalu disandingkan adalah baik dan buruk, buruk adalah seluruh dari yang tidak baik. Karena pilihannya dua maka konsekuensinya juga dua yaitu Kehidupan bahagia bersama-sama tiada taranya dunia akhirat dan kehidupan laksana si jago merah menghanguskan segala juga dunia akhirat.
Atas konsekuensi itu manusia diberi kebebasan se-bebas-bebasnya untuk memilih dan memilah model hidup mana yang mau diterap dalam hidupnya.
Realita di dalam kehidupan, tidak sedikit manusia yang bingung menentukan pilihan, satu sisi kelihatannya seperti mau baik tetapi di sisi lain laku perbuatannya justru sebaliknya.
Sebagai contoh sorang yang menyatakan diri mukmin, muslim, ketika dihadapkan masalah hidup dengan menderita sakit yang sulit disembuhkan secara medis maka jalan keluar yang ditempuh adalah dengan mencari cara penyembuhan lain yang tidak jarang terjerumus terhadap cara irasional dan tidak 'ilmiah. Dalih yang dipakai adalah manusia harus berusaha, jalan apapun yang dipakai di anggab sebagai usaha.
Tidak berbeda dengan hal-hal yang terkait dengan lauku perbuatan umumnya manusia, dalam dunia pendidikan, bahkan dalam lembaga pendidikan dengan ciri khas agama Islam, yang formal lakunya dimulai dengan bismillah dan di akhiri dengan alhamdulillah. Isi dari  laku perbuatannya juga sering, (kalau tidak bisa disebut selalu) bertentangan dengan bismillah dan alhamdulillah.
Contoh riil ketika dihadapkan pada ujian akhir (untuk menentukan kelulusan). Seharusnya ujian akhir ditanggapi dengan wajar sebagai suatu konsekuensi atas sebuah proses pembelajaran, sebagai wahana untuk mengukur tingkat keilmuan yang diperoleh setelah melalui proses pembelajaran. Lulus adalah penanda bahwa standar keilmuan telah tercapai dan tidak lulus sebagai penanda bahwa standar keilmuannya belum tercapai. Kadang terjadi pemelintiran bahwa ujian adalah setan yang harus diusir dengan mujahadah, Lulus adalah anak ingusan yang dapat ditipu dengan dikasih gula-gula. Doa bersama dengan ritual tertentu bukan supaya dapat mencapai standar keilmuan tertentu tetapi untuk "LULUS" sebagai penanda selesainya mereka meritualkan proses pendidikan dalam waktu tertentu. Untuk kepentingan tertentu orang tua sering berbohong kepada anak, untuk kepentingan tertentu pula (rasa malu, rasa bangga, jabatan, takut tidak dapat murid, takut di kecam dsb) institusi penyelenggara pendidikan melakukan banyak kebohongan.
Mudah-mudahan dapat diperbaiki.